SERVANT LEADERSHIP


Gordon McDonald dalam bukunya yang berjudul Ordering Your Private World, sebagaimana disampaikan dalam Blanchard (2006) mengatakan ada dua tipe orang di dunia ini: orang yang didorong dan orang yang dipanggil.

Orang yang didorong berpikir memiliki segalanya. Mereka memiliki hubungan, barang, dan posisi. Mereka memahami identitas diri sebagai sejumlah hubungan, kepemilikan, dan posisi. Akibatnya, orang didorong untuk menghabiskan seluruh waktu mereka untuk melindungi apa yang mereka miliki. Orang yang didorong berpikir dan bertindak seolah-olah “orang yang mati dengan banyak permainan menang”. Apabila orang lain mengganggu atau mengacaukan permainan mereka, orang tersebut akan berada dalam kesulitan. Kepemilikan dari orang yang didorong menjadi ungkapan penting mengenai siapa dirinya dan bermuara dengan memilikinya.

Orang yang dipanggil percaya bahwa segala sesuatu adalah barang pinjaman. Mereka percaya bahwa hubungan mereka juga adalah pinjaman. Mereka tahu bahwa tidak ada jaminan akan dapat melihat orang yang mereka cintai besok. Orang yang dipanggil juga percaya bahwa barang milik mereka adalah pinjaman dan tidak perlu digenggam erat, harus dinikmati dan dibagi dengan tangan terbuka. Pada akhirnya, orang yang dipanggil percaya bahwa posisi mereka adalah pinjaman dari Allah dan orang yang mencoba mempengaruhi mereka. Daripada melindungi apa yang mereka miliki, pemimpin yang memanggil bertindak sebagai pengurus yang baik atas apa yang telah dipinjamkan kepada mereka.


Pada tahun 1970, Robert K. Greenleaf memperkenalkan suatu pendekatan yang berbeda tentang kepemimpinan. Greenleaf memperkenalkan pendekatan kepemimpinan yang bertentangan dengan realisme yang ada selama ini. Dia memperkenalkan suatu konsep yang disebut sebagai kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Citra yang telah ada selama ini tentang seorang pemimpin sebagai seorang yang didorong menjadi seorang yang dipanggil, dari pemimpin yang mempengaruhi diubah total menjadi seorang pelayan. Konsep ini sebenarnya tidak baru. Dua ribu tahun yang lalu, kepemimpinan adalah filosofi utama Yesus, yang memberikan contoh servant leadership yang berkomitmen dan efektif. Beberapa tokoh jaman modern yang menjadi panutan filosofi ini antara lain Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Bunda Teresa.

Servant leadership menekankan bahwa pemimpin memberi perhatian pada masalah pengikut mereka, empati pada mereka, dan mengembangkan mereka. Seorang pemimpin yang melayani akan mengutamakan pengikut, memberdayakan mereka, dan membantu mereka mengembangkan kapasitas pribadinya secara penuh. Menurut Greenleaf (1970) dalam Northouse (2013) servant leadership adalah:
[Kepemimpinan yang melayani] dimulai dengan perasaan alamiah bahwa kita ingin melayani lebih dulu. Lalu pilihan yang disadari membawa seseorang berharap untuk memimpin….Perbedaan muncul dengan sendirinya dalam perhatian yang diberikan oleh pelayan: pertama memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi dari orang lain telah terpenuhi. Tes terbaik adalah: apakah mereka yang dilayani tumbuh sebagai manusia yang baik; apakah mereka saat dilayani menjadi lebih sehat, bijak, bebas, otonom, lebih mungkin menjadi pelayan? Dan, apakah dampaknya pada kelompok yang paling tidak beruntung di masyarakat; apakah mereka untung, atau, setidaknya, akankah mereka tidak akan semakin kekurangan?

Blanchard (2011) mendefinisikan kepemimpinan yang melayani (servant leadership) adalah:
kasih yang sedang bertindak sesuai karakternya….Sebagian orang mengira bahwa kepemimpinan dan kasih tidak dapat berjalan bersama-sama….Kepemimpinan bukan mengenai kasih – kepemimpinan adalah kasih itu sendiri. Mencintai misi Anda, mengasihi pelanggan Anda, mengasihi orang-orang Anda, dan mengasihi diri Anda sendiri cukup dalam untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa sehingga orang lain bisa layak dipuji.

Sedangkan Spears (1996), Direktur Eksekutif Robert K. Greenleaf Center for Servant-Leadership, dalam Smith (2005) meringkas definisi servant leadership sebagai:
suatu jenis baru model kepemimpinan - model yang menempatkan melayani orang lain sebagai prioritas nomor satu. Kepemimpinan yang melayani menekankan pada meningkatkan pelayanan kepada orang lain, pendekatan holistik dalam bekerja, meningkatkan perasaan berkomunitas, dan pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan.




Sumber:
Blanchard, Ken dan Hodges, Phil. 2006. Lead Like Jesus: Belajar dari Model Kepemimpinan Paling Dahsyat Sepanjang Masa. Jakarta: Visimedia.
Blanchard, Ken and Barrett, Colleen. 2011. Lead with Luv: Cara Unik untuk Mencapai Kesuksesan Sejati. Surabaya: PT. Menuju Insan Cemerlang.
Northouse, Peter G. 2013. Kepemimpinan: Teori dan Praktik, Edisi Keenam. Jakarta: PT Indeks.
Smith, Carol. Servant leadership: The Leadership Theory of Robert K. Greenleaf, Info 640 – MGMT. of info. Orgs., Submitted December 4, 2005


Comments