Passive Income ala Tumilah (diadaptasi dari kisah nyata)
Pernahkah Anda membaca buku "Rich Dad Poor Dad" karya Robert T. Kiyosaki?
Ternyata, orang Indonesia jauh lebih canggih daripada Robert T. Kiyosaki.
Mau bukti nyata?
Silahkan baca secuplik kisah di bawah ini.
Cerita ini berakhir sampai di sini.....karena kehidupan Tumilah baru berjalan sampai di sini.
Apa yang akan terjadi di masa depan?
Akankah Tumilah menikah untuk yang ke 4, 5, 6, dan seterusnya?
Apa yang terjadi dengan putri tunggalnya?
Apakah dia akan mengikuti jejak ibunya?
Untuk catatan, si putri yang saat ini sedang kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, yang mana jika anak ini lulus akan menjadi seorang GURU. Dia menikah mendadak dan tidak terencana dengan seorang anak pengusaha genteng dengan alasan "kecelakaan".
Renungan untuk kita semua:
Pendidikan karakter....
Pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship)...
Saat ini selalu didengung-dengungkan...
Bukankah ini semua hanya isapan jempol belaka??
Karena sehari-hari seorang anak berada dalam lingkungan keluarga...
Bagaimana kehidupan si putri selanjutnya
Apakah dia memiliki karakter yang baik...
Berjiwa mandiri...
Berkat pelatihan entrepreneurship seperti yang diajarkan pemerintah...
Atau mewarisi jiwa entrepreneurship ala Tumilah???
Benarkah pernikahan dengan anak pengusaha genteng itu sebuah "kecelakaan"?
Ataukah ini sebuah teknik cepat untuk menjadi kaya dengan mengubah status menjadi anak seorang pengusaha genteng??
Ternyata, orang Indonesia jauh lebih canggih daripada Robert T. Kiyosaki.
Mau bukti nyata?
Silahkan baca secuplik kisah di bawah ini.
Alkisah ada seorang wanita yang tinggal di sebuah kaki gunung. Sebut saja wanita ini bernama Tumilah. Tumilah adalah anak pertama dari enam bersaudara. Bapak dan ibunya adalah orang desa biasa, yang pekerjaan sehari-harinya bertani di sawah.
Tidak ada yang istimewa selama masa kecil Tumilah. Dia hanya bersekolah sampai Sekolah Dasar, seperti layaknya anak-anak desa lainnya. Alasan klasik dari orang tuanya, untuk apa bersekolah tinggi kalau nanti akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga, yang pekerjaannya adalah membersihkan rumah, memasak, dan melayani suami.
Kehidupan Tumilah mulai mengalami banyak gejolak sejak pernikahan pertamanya.
Pernikahan pertama???
Ya benar. Tumilah menikah pada usia yang relatif muda. Ia menikah dengan seorang pedagang. Dari pernikahan ini, Tumilah melahirkan seorang anak perempuan.
Namun sayang sekali, karena perbedaan pendapat yang selalu terjadi, akhirnya pernikahan tersebut hanya bertahan selama 3 tahun. Dan perceraian pun terjadi.
Tentu saja, si anak ikut dengan Tumilah.
Karena kebutuhan ekonomi, akhirnya Tumilah sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan si anak, dititipkan kepada saudara atau tetangga sekitar. Siapa saja yang dapat dimintai tolong untuk menjaga pada hari tersebut.
Sampai pada suatu hari, saat si anak berusia 6 tahun, Tumilah bertemu dengan seorang kuli bangunan. Singkat cerita, Tumilah menikah dengan pria ini. Alasan utamanya untuk menikah adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Suatu hari, sang suami mendapat tawaran untuk membangun sebuah rumah mewah di sebuah kota metropolitan. Maka hijrahlah Tumilah dan suaminya ke kota tersebut. Si anak yang masih bersekolah dengan terpaksa ditinggal di desa, dengan alasan supaya tidak usah repot-repot pindah sekolah, dan biaya sekolah di desa lebih murah daripada di kota.
Waktu berlalu. Tak terasa, Tumilah telah tinggal di kota besar tersebut selama lebih dari 10 tahun. HIngga suatu hari, sang suami mengalami sakit. Dimulai dari sakit ringan, seperti masuk angin yang tak kunjung sembuh. Sampai akhirnya mereka berinisiatif untuk berobat ke dokter. Alangkah terkejutnya mereka, ternyata sang suami divonis menderita penyakit lever.
Singkat cerita, seluruh tabungan yang mereka miliki habis ludes untuk biaya pengobatan. Sepeda motor satu-satunya pun ikut dijual. Dan itu tidak dapat menyembuhkan penyakit sang suami. Akhirnya sang suami meninggal.
Kembalilah Tumilah ke desanya dan bekerja kesana-kemari, mulai menjadi pembantu rumah tangga, tukang masak, tukang cuci baju, tenaga administrasi serabutan, dan lainnya. Tujuannya cuma satu, untuk memenuhi kebutuhan hidup Tumilah dan anak gadisnya yang telah lulus SMK dan kini berusia 19 tahun.
Pekerjaan terakhir Tumilah adalah menjadi pelayan di sebuah depot sate kambing di desanya.
Entah apa yang terjadi, pada akhirnya Tumilah dilamar oleh si pemilik depot, yang notabene adalah seorang perjaka tua. Dan status Tumilah pun beralih dari seorang pelayan menjadi istri pemilik depot.
Cerita ini berakhir sampai di sini.....karena kehidupan Tumilah baru berjalan sampai di sini.
Apa yang akan terjadi di masa depan?
Akankah Tumilah menikah untuk yang ke 4, 5, 6, dan seterusnya?
Apa yang terjadi dengan putri tunggalnya?
Apakah dia akan mengikuti jejak ibunya?
Untuk catatan, si putri yang saat ini sedang kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, yang mana jika anak ini lulus akan menjadi seorang GURU. Dia menikah mendadak dan tidak terencana dengan seorang anak pengusaha genteng dengan alasan "kecelakaan".
Renungan untuk kita semua:
Pendidikan karakter....
Pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship)...
Saat ini selalu didengung-dengungkan...
Bukankah ini semua hanya isapan jempol belaka??
Karena sehari-hari seorang anak berada dalam lingkungan keluarga...
Bagaimana kehidupan si putri selanjutnya
Apakah dia memiliki karakter yang baik...
Berjiwa mandiri...
Berkat pelatihan entrepreneurship seperti yang diajarkan pemerintah...
Atau mewarisi jiwa entrepreneurship ala Tumilah???
Benarkah pernikahan dengan anak pengusaha genteng itu sebuah "kecelakaan"?
Ataukah ini sebuah teknik cepat untuk menjadi kaya dengan mengubah status menjadi anak seorang pengusaha genteng??
Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu....Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.
Amsal 6: 20, 23
Comments
Post a Comment